Contoh Content Marketing: 7 Brand yang Sangat Sukses

Contoh Content Marketing
Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

Content marketing biasanya diterapkan oleh sebuah brand karena dua alasan alasan utama. Pertama, untuk menarik audiens baru supaya mereka mengenal produk bisnis brand tersebut. Kedua, untuk mengajak audiens yang sudah mengenal produk bisnis tadi menjadi calon pelanggan. Sesuai dengan namanya, content marketing menitikberatkan pada penggunaan konten untuk tujuan pemasaran. Jenis konten dalam content marketing tidak memiliki batasan, bisa berupa foto, video, atau tulisan. Apapun jenisnya, yang terpenting dalam content marketing adalah konten yang harus menarik dan kreatif.

Seorang pembuat content marketing yang profesional selalu bereksperimen, mengamati tren-tren terbaru, dan berusaha untuk selalu menjadi yang terdepan. Terkadang, mereka harus mengamati contoh content marketing perusahaan lain dan mencari tahu mana yang bisa ditiru dan mana yang tidak. Oleh karena itu, jika usaha bisnis Anda juga mau menerapkan content marketing, berikut tujuh brand perusahaan yang berhasil menerapkan content marketing dan bisa menjadi pelajaran untuk Anda:

 

Denny’s

Denny’s, atau biasa dikenal juga dengan nama Denny’s Diner, adalah rumah pancake, kedai kopi, atau restoran dimana Anda dan keluarga bisa bersantai. Saat ini, Denny’s sudah memiliki 1600 cabang restoran yang beroperasi di Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Republik Dominika, Kosta Rika, Venezuela, dan beberapa negara lainnya. Walaupun terkenal dengan pancake nya, Denny’s juga cocok didatangi ketika jam makan siang atau makan malam. Bahkan, tidak seperti restoran pada umumnya, Denny’s tetap buka di hari-hari libur (kecuali di hari-hari tertentu dimana pemerintah mewajibkan untuk tutup).

Ide content marketing yang bisa Anda pelajari dari Denny’s adalah dengan membuatnya tidak terlalu serius. Dalam akun Tumblr miliknya, Denny’s mengunggah foto sebuah pancake yang ditaruh pada alas sepatu. Dibawah foto tersebut mereka menuliskan, “Feet feeling a bit sore? Pad your shoes with some tasty pancake inserts! Talk about fluffy comfort!” (Kaki terasa agak sakit? Taruh pancake di alas sepatumu! Rasakan kenyamanan akibat kelembutan pancake tadi). Konten dalam akun Tumblr milik Denny’s memang selalu menghibur, mulai dari lawakan cerdas hingga komedi yang aneh. Walaupun demikian, Denny’s tetap konsisten untuk menyisipkan pesan tersirat mengenai produk bisnisnya.

Untuk membuat konten yang sesuai dan tepat sasaran dengan platform yang dibagikannya (khususnya melalui Tumblr dan Instagram), Denny’s terlebih dahulu harus benar-benar memahami selera humor followers-nya. Oleh sebab itu, pastikan isi konten Anda sesuai dengan platform dan audiens. Denny’s adalah contoh content marketing yang sangat baik.

Nike

Nike mencoba memanfaatkan Twitter sebagai media layanan pelanggan yang cepat tanggap. Jika Anda menjelajahi akun Twitter Nike, @NikeSupport, Anda akan melihat bahwa mereka sangat cepat dalam merespons pertanyaan atau pernyataan para pelanggannya. @NikeSupport berusaha untuk selalu menghargai, membantu, dan membangun interaksi positif antara perusahaan dan pelanggan, walaupun karakter yang disajikan hanya 140 kata.

Selain itu, Nike juga memiliki akun yang berbeda (@Nike atau @NikeStore) untuk menanggapi hal-hal yang berbeda pula. Ini bertujuan supaya setiap akun memiliki fokus dan konten yang tidak berjalan terlalu melebar. Nike juga mengusung tagline “give us a shout if you need help” (“Berteriaklah jika kamu membutuhkan bantuan”) yang membuat perusahaan tersebut dikenal dengan keramah-tamahannya.

Memisahkan akun layanan pelanggan adalah bisa menjadi model hebat untuk bisnis yang Anda jalankan. Anda juga bisa belajar banyak dari bahasa yang digunakan oleh para admin dibalik akun @NikeSupport, @Nike, atau @NikeStore saat mereka berbicara dengan orang lain: interaktif, menyenangkan, dan bersahabat.

Hermes

Masih ingat dengan tas yang identik dengan para sosialita ini? Tentu saja identik dengan para sosialita, bayangkan saja, harga satu tas Hermes termurahnya saja bisa mencapai US$ 1000 atau sekitar Rp 12 juta. Sedangkan untuk salah satu yang termahal, Anda harus merogoh kocek hingga US$ 70ribu atau sekitar Rp 840 juta hanya untuk satu unit tasnya.

Tas yang terbuat dari kulit buaya (seringkali dihiasi dengan emas dan berlian) ini bisa memiliki harga yang sangat tinggi karena proses pembuatannya yang memakan waktu lama. Untuk satu unit tas saja, satu orang membutuhkan waktu ± 18 jam. Tidak hanya harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu selama lebih dari setahun, perajin tas Hermes juga melakukan segala sesuatunya dengan tangan, mulai dari menjahit, memotong, melipat, bahkan memangkas.

Berbicara mengenai contoh content marketing mereka, merek yang sudah berdiri sejak 179 tahun yang lalu berhasil mempertahankan komitmen dalam merancang dan menciptakan cita rasa yang sempurna, dan menuangkannya dalam content marketing. Coba saja jelajahi dunia Hermes pada blog mereka, Anda akan dibawa menuju acara-acara yang akan mereka adakan, koleksi, video, dan konten-konten lainnya di bawah kategori tertentu. Setiap kliknya membawa Anda lebih dekat ke setiap ciptaan dan menghasilkan pengalaman pembelian yang mulus.

Salah satu konten video mereka yang paling baru dan menarik perhatian adalah video berdurasi dua menit yang bercerita tentang koleksi flora dan fauna mereka. Walaupun hanya terdiri dari potongan gambar, backsound yang dipakainya membuat Anda merasa seperti di hutan. Mengajak siapapun yang menontonnya ingin menyentuh kain-kain yang dipamerkan dalam gambar.

Tifanny & Co.

Untuk merek-merek tertentu, khususnya untuk merek sebuah produk mewah, pembelian biasanya terjadi bukan hanya didasarkan pada manfaat yang bisa diberikan oleh produk tersebut, melainkan karena merek dan produk itu telah menyentuh emosi setiap calon pelanggannya. Paling tidak, itulah yang dilakukan oleh Tiffany & Co. Salah satu merek perhiasan paling terkenal di dunia ini telah berhasil memonopoli ide romantis sebuah pasangan dan menjadikannya sebagai sebuah teknik marketing yang baik.

Dalam Tumblr nya, Tiffany & Co. berhasil menangkap emosi romantis sebuah pasangan tadi yang kemudian mereka menunjukkannya dalam setiap postingan gambar. Setiap posting juga dibuat untuk mengekspresikan rasa eksklusivitas yang hadir dengan memiliki perhiasan Tiffany. Dengan kata lain, Tiffany & Co. telah menciptakan tempat untuk dirinya sendiri dalam dongeng percintaan modern.

Rolex

Siapa yang tidak tahu jam tangan Rolex? Jam tangan yang terkenal dengan harganya yang fantastis ini adalah salah satu brand yang bisa mempertahankan citranya sebagai jam tangan klasik di tengah gempuran hal-hal yang serba modern. Dikutip dari Content marketing Institute, citra klasik Rolex sebenarnya justru memberikan sebuah tantangan baru yang unik bagi perusahaannya: Bagaimana bisa sebuah perusahaan menerapkan strategi content marketing yang segar dan inovatif jika produk yang disasarnya adalah sebuah merek jadul?

Ternyata jawabannya bisa. Rolex menangkap citra klasiknya dari sudut pandang tertentu sehingga menghasilkan gambar-gambar yang cantik. Gambar-gambar inilah yang kemudian mereka unggah di media sosial untuk menarik perhatian para audiens. Karena menjunjung citra klasik, maka konten gambar yang diunggah harus sesuai jalur. Karya fotografi, video, dan editorial mereka usahakan untuk selalu simple dan minimalis. Rolex menghindari kesan gaya hidup yang terlalu canggih karena hal tersebut jauh dari citra yang dimiliki oleh pelanggan Rolex pada umumnya.

Rolex memang seperti itu, hal-hal detail seperti di atas menunjukkan bahwa Ia memperhatikan content marketingnya sama seperti Ia memperhatikan kualitas jam tangannya. Selain itu, Rolex juga selalu berkomitmen untuk mengutamakan kualitas dibanding kuantitas. Jadi dibanding mengunggah banyak gambar atau video dalam satu waktu, Rolex lebih memilih untuk fokus pada kualitas konten dan hanya mengunggah sesekali. Contoh content marketing Rolex menunjukkan bahwa terkadang kita tidak perlu sering update, tapi harus sangat berkualitas.

Contoh Content Marketing
Rolex juga menerapkan strategi content marketing. Photo Credit: Wiki

Chanel

Chanel didirikan oleh seorang wanita Prancis bernama Gabrielle ‘Coco’ Bonheur Chanel. Toko pertamanya dibangun saat usianya masih 21 tahun di daerah Rue Cambon, Paris, pada tahun 1910. Saat ini, Chanel sudah menjadi salah satu merek mewah paling berharga di dunia. Namun, content marketing seperti apa yang dilakukan Chanel sehingga mereknya bisa terkenal seperti hari ini?

Untuk menarik audiens supaya mereka terus memerhatikan produk-produk baru atau lama Chanel, Chanel memanfaatkan website miliknya sebaik mungkin. Menggunakan sistem storytelling, Chanel mengajak para pengunjung websitenya untuk masuk ke dunia Chanel melalui bab-bab yang berbeda. Sebagai contoh, bab ‘No. 5’ dibuat untuk menceritakan wewangian paling terkenal sepanjang masa. Sedangkan bab berjudul “The Lion” atau “The Jacket” mengungkapkan rahasia dibalik bahan-bahan utama klasik Chanel.

Chanel berkomitmen untuk membuat websitenya tidak bercerita tentang users atau pelanggan mereka, melainkan sebagai media yang menginformasikan kekayaan yang dimilikinya. Konten-konten dalam websitenya berbicara tentang pesona produk-produk Chanel yang sulit dipahami oleh khalayak umum. Dengan mengungkapkan rahasia dibalik merek tersebut, pelanggan Chanel semakin percaya bahwa mereka adalah bagian dari merek yang eksklusif.

Meskipun Chanel terlambat bergabung di dunia digital marketing jika dibandingkan dengan merek-merek mewah lainnya, tetapi mereka adalah salah satu dari sedikit merek yang mengalami kemajuan paling pesat dalam beberapa tahun terakhir. Apalagi kampanye-kampanye sosial yang dilakukannya membuat Chanel sedang dalam perjalanan untuk menjadi salah satu merek mewah terbaik dengan fokus digital yang kuat.

Coca-Cola

Brand terakhir yang berhasil menerapkan content marketing adalah Coca-Cola. Dengan kampanye Share-a-Coke yang dilakukannya, Coca-Cola berhasil membuat para pelanggannya merasa spesial dan unik ketika meneguk sebotol minuman berkarbonasi tersebut.

Coca-Cola tidak melakukan banyak hal dalam kampanye kali ini, mereka hanya mencetak daftar nama-nama seseorang di setiap kaleng dan botol. Jika ditelaah lebih dalam, hal ini dilakukan Coca-Cola untuk membangun interaksi personal antar pelanggan. Dengan memiliki kaleng atau botol yang berlabel nama seseorang yang dikenalnya, Coca-Cola berharap minumannya dapat dibagikan ke orang lain tersebut. Sekali tepuk dua lalat, interaksi personal antar pelanggan terbangun dan Coca-Cola berhasil menyebarluaskan produk mereka.

Penggunaan content marketing dari ketujuh brand diatas memang berbeda-beda. Satu hal yang sama dari mereka hanyalah konsep dan penerapan yang memiliki keunikannya masing-masing. Sudah dapat inspirasi dari contoh content marketing di atas?

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail
The following two tabs change content below.

Adhika Dwi Pramudita

Hey there. My name is Adhika and I’m currently living in Jakarta. I'm one of the Penulis.ID shareholders.