Artificial Intelligence dalam Content Marketing: Kawan Atau Lawan?

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

Belum sampai tiga bulan dirilis untuk publik, kehadiran ChatGPT tampaknya sudah berhasil mengguncang masyarakat global. Ada yang menyambutnya dengan antusias, tapi tidak sedikit skeptis atau malah takut akan perkembangannya. Bahkan, search engine nomor satu di dunia, Google, sontak mengadakan rapat darurat setelah chatbot satu ini mulai viral. Dari perspektif Google, ini bisa menjadi ancaman kuat bagi bisnisnya. Namun, bagaimana dengan ranah marketing? Sebelum membicarakan AI marketing, ada baiknya kita sedikit mengenal ChatGPT terlebih dahulu.

Pengembang ChatGPT adalah OpenAI, perusahaan penelitian asal Amerika Serikat yang berpusat di San Fransisco, California. Jika ditelusuri lebih jauh, Anda dapat menemukan kalau sejumlah perusahaan ternama telah menyalurkan dana investasi ke OpenAI, seperti Microsoft, Y Combinator, dan Sequoia Capital. Ini menunjukkan bahwa OpenAI memang berpotensi kuat dalam mencapai misinya, yakni memastikan bahwa artificial intelligence bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu, tidak heran keluaran AI terbaru tidak hanya berbentuk chatbot.

Tidak hanya chatbot, ada juga AI art generator

Selain chatbot tersebut, netizen juga ramai membicarakan beberapa AI art generator yang bisa menghasilkan gambar sendiri. Contohnya, ada DALL-E dan Midjourney dengan kemampuan untuk membuat gambar digital hanya dari deskripsi tekstual. Mendengarnya, banyak seniman menyuarakan kekhawatiran dalam diri mereka. Sebab, bagaimana nasib pekerjaan mereka nantinya?

Cara kerja AI art generator cukup simpel, Anda hanya perlu memikirkan ide dalam bentuk teks untuk menyampaikan permintaan kepada platform ini. Hasilnya pun akan keluar dalam hitungan detik. Sebagai contoh, memasukkan permintaan “jakarta sinking in 2050, hyper-realistic, cinematic by ilya repin” mengeluarkan gambar di bawah ini.

Source: DALL-E 2

Tentu saja platform seperti ini bisa jadi sangat bermanfaat dalam tahap produksi content marketing. Hasil gambar di atas saja sudah dapat menjadi praktik AI marketing, yakni digunakan sebagai konten media sosial organisasi non-profit di bidang lingkungan atau semacamnya. Anda pun tidak perlu mengkhawatirkan hak cipta, karena sejauh ini gambar DALL-E 2 bebas digunakan untuk kebutuhan komersial

Namun, Anda perlu berlangganan seharga $600/tahun (sekitar Rp9,3 juta) jika usaha Anda termasuk dalam kategori corporate, tepatnya perusahaan yang punya pendapatan bruto per tahun di atas $1 juta (sekitar Rp15,5 miliar). Supaya tetap aman, Anda harus selalu memerhatikan kebijakan setiap platform.

Mari kilas balik content marketing sebelum ada ChatGPT dan AI art generator

ChatGPT sendiri diluncurkan untuk publik pada 30 November 2022. Tapi, sebenarnya artificial intelligence sudah cukup lama dimanfaatkan dalam praktik content marketing. Misalnya, praktisi social media marketing hampir pasti menggunakan analytics untuk mengevaluasi konten-konten hasil produksinya. Kontribusi AI pada tahap tersebut antara lain menyajikan data segmentasi audiens, hingga sentiment analysis seperti contoh tools ini.

Source: Hootsuite

Sadar atau tidak, AI marketing sudah akrab dengan keseharian kita. Lantas, apakah sebenarnya kehadiran AI merupakan kawan atau justru lawan dalam content marketing?

Mengapa AI dianggap sebagai lawan?

AI kerap dianggap sebagai “lawan” yang ditakuti. Bahkan, ada yang berpendapat bahwa perkembangannya perlu dihentikan. Sebagai praktisi pemasaran, mari bahas mengapa AI mungkin dilihat sebagai “lawan” dalam konteks content marketing.

  • Ancaman terhadap pekerjaan

Salah satu penilaian negatif terhadap AI marketing timbul dari rasa khawatir lantaran eksistensi beberapa jenis pekerjaan mulai terancam. Awalnya, kebanyakan orang memprediksi bahwa pekerjaan repetitif seperti administrasi, customer service, sampai programming. Tapi, nyatanya AI juga mulai merambah ke bidang kreatif. Mungkin saja pekerjaan kreatif tertentu tidak lagi dibutuhkan di masa depan.

  • Tak kenal maka tak sayang

Selain frasa terkenal “tak kenal maka tak sayang,” manusia cenderung takut akan hal yang belum dipahami olehnya. Itulah kenapa AI masih kerap dipandang sebagai lawan. Sudah begitu, sumber informasi seputar AI secara umum hingga kini relatif sedikit, apalagi kalau spesifik ke AI marketing.

  • Belum punya regulasi yang jelas

Apapun yang belum punya regulasi jelas, biasanya punya celah dimanfaatkan untuk hal-hal negatif. Jika mengacu ke AI marketing, wajar saja pelaku bisnis mempermasalahkan kebijakan privasi dalam pemakaian teknologi ini. Kondisi usaha bisa terancam kalau rahasia bisnis bocor.

Selain itu, taktik pemasaran yang disarankan mungkin saja tidak sesuai dengan keadaan di lapangan. Sebab, ternyata ada robot virtual yang sarat akan rasisme dan seksisme setelah dilatih menggunakan kecerdasan buatan. Sejauh ini, memang tidak bisa dipungkiri kalau kemajuan AI masih dalam tahap riset.

  • Skenario film distopia

Pernah menonton film The Matrix atau Ex Machina? Alur cerita dari kedua film tersebut kurang lebih menggambarkan bagaimana jadinya kalau AI berkembang ke arah negatif. Akhirnya, persepsi perkembangan teknologi telanjur bernuansa horor. “Bagaimana kalau robot menguasai dunia?” “Bagaimana jika ilmuwan memanfaatkan AI untuk niat jahat?”

Namun, sebenarnya hal yang tidak diketahui banyak orang adalah adanya Etika AI atau AI Code of Ethics. Di dalamnya, tertera rangkaian pedoman agar perancangan dan hasil dari artificial intelligence sesuai dengan nilai moral yang berlaku. Prinsip utama Etika AI terdiri atas: (1) Respect for Persons atau rasa hormat terhadap manusia, (2) Beneficence atau bermanfaat, dan (3) Justice atau keadilan. Ini menunjukkan bahwa perkembangan AI tidak menyeramkan.

Sebaliknya, apa yang membuat AI bisa dianggap sebagai kawan?

Meski perkembangan AI ditentang oleh sebagian masyarakat, para peneliti tidak berhenti memajukan teknologi tersebut. Itu karena memang ada manfaat yang membuat AI dianggap sebagai kawan. Yuk, lihat apa saja kelebihan AI marketing di bawah ini! 

  • Mempercepat produksi konten

Berapa lama waktu yang biasa Anda habiskan untuk produksi konten marketing? Jika memakai kecerdasan buatan, produksi konten bisa selesai dalam hitungan detik saja. Baik berbentuk tulisan maupun visual, artificial intelligence sudah mampu melakukannya. Meski begitu, kualitas kreasi AI belum menyamakan manusia. Gambar photorealistic pun kadang-kadang membuahkan hasil kurang bagus pada bagian tertentu. Misalnya, gambar AI di bawah ini terlihat sedikit aneh pada bagian tangan.

Source: Twitter @levelsio
  • Mempermudah analisis data

Bayangkan kalau semua komentar, likes, views, serta setiap perilaku audiens Anda perlu dianalisis secara manual. Itu tidak mungkin, bukan? AI marketing membuat pengelola bisnis mampu memperoleh data akurat untuk mengembangkan strategi pemasarannya. Jika sebelumnya Anda sudah akrab dengan social media analytics dan web traffic analytics, sebenarnya itu memang beberapa contoh pemanfaatan AI.

  • Lapangan pekerjaan baru

Mati satu, tumbuh seribu. Dengan berkurangnya kebutuhan akan beberapa jenis pekerjaan, muncul lapangan pekerjaan baru. Misalnya, pelatih untuk AI atau AI trainer. Profesi tersebut membekali kecerdasan buatan dengan data agar bisa merespons permintaan pengguna dengan semakin optimal. Selain itu, ada juga pekerjaan AI prompter, dengan kualifikasi membuat permintaan-permintaan unik untuk mengeksplorasi artificial intelligence.

Lantas, praktisi content marketing harus bagaimana?

Perkembangan AI sepertinya tidak akan berhenti, dan malah akan semakin pesat. Sebagai pelaku pemasaran, pilihan yang Anda miliki hanya dua: ikut arus perkembangan, atau gugur di tempat. Artinya, kita tidak mungkin terus menerus menolak kemajuan AI, melainkan ikut belajar untuk memanfaatkannya dengan optimal. Kecerdasan buatan pun belum menyamakan kualitas pekerjaan manusia, sehingga dalam waktu dekat ini Anda tidak perlu khawatir.Jika Anda merupakan pelaku bisnis yang membutuhkan bantuan dalam content marketing, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan Penulis.ID! Tim profesional akan mendengar dan memberikan solusi untuk kebutuhan pemasaran Anda.

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail
The following two tabs change content below.

Kaylina Ivani

Digital Marketing Specialist at Penulis.ID