Dos and Don’ts dalam Social Media Marketing

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

Social media marketing kini bertumbuh menjadi kunci dari strategi pemasaran bisnis. Mulai dari UMKM hingga perusahaan multinasional, media sosial digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan audiens selaku calon klien, investor, serta stakeholders lainnya. Berdasarkan statistik dari Datareportal, pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 191,4 juta pada bulan Januari 2022. Platform yang digunakan terdiri dari YouTube, Instagram, TikTok, LinkedIn, sampai Facebook. 

Mengetahui pentingnya media sosial sebagai bagian dari aktivitas pemasaran, berarti para pelaku bisnis harus memahami cara mengelolanya dengan baik. Berikut ini telah dikumpulkan poin-poin dos and don’ts dalam social media marketing bagi usaha Anda.

Dos dalam Social Media Marketing

  • Do: Pahami audiens

Memahami audiens merupakan kunci pertama dari social media marketing. Pasalnya, penentuan topik konten sampai  pemilihan kata dalam copywriting bergantung pada profil audiens Anda. Jika target Anda merupakan berusia 18-25 tahun, biasanya bahasa yang digunakan cenderung informal dan justru melibatkan bahasa gaul sesuai tren. Candaan dari TikTok kemungkinan besar akan relatable terkait keseharian kalangan usia tersebut, tapi bakal meleset kalau dipakai untuk berkomunikasi dengan kelompok usia lain, seperti 35-44 tahun atau di atasnya.

Dalam proses perencanaan, profil audiens pun nantinya sangat membantu dalam menentukan topik atau tema konten. Anda bisa memanfaatkannya untuk menemukan dan menyelesaikan masalah yang dialami mereka. Contohnya bagaimana?

Misal ada bisnis aplikasi investasi dengan target audiens usia 25-34 tahun  dapat membahas seputar tips membeli rumah pertama, memenuhi kebutuhan pendidikan anak, serta produk-produk investasi. Topik seputar produk investasi mungkin relevan untuk kelompok 18-25 tahun, tapi urusan membeli rumah atau kebutuhan pendidikan anak mungkin belum dipikirkan oleh mereka. Kalau topiknya tidak sesuai dengan profil audiens, konten Anda malah di-skip begitu saja karena tidak relevan dengan kebutuhannya.

  • Do: Punya strategi yang jelas

Rasanya, poin satu ini pasti sudah sering dibahas. Namun, nyatanya tidak semua bisnis punya strategi social media marketing. Ada saja bisnis yang menjalankan kegiatan pemasaran tanpa diskusi strategi secara matang, sehingga hasilnya pun kurang memuaskan. Tahapan menyusun strategi social media marketing biasanya dimulai dengan riset audiens dan kompetitor. Jangan lupa menentukan tujuan dengan basis SMART, yaitu specific, measurable, achievable, relevant, dan time-bound.

Contoh tujuan SMART berbunyi, “Meningkatkan awareness terhadap brand benefit sebesar 40% hingga Juni 2023”. Target tersebut spesifik menyebutkan apa yang ingin dicapai, bisa diukur, serta ditambah dengan keterangan periode waktu yang jelas. Sehingga, evaluasi strategi pada Juni 2023 dapat melihat analytics untuk mengukur ketercapaian tujuan.

Kemudian, buatlah content plan untuk periode waktu tertentu. Masing-masing pelaku bisnis bisa menetapkan periode yang berbeda, seperti satu minggu, satu bulan, bahkan satu tahun. Anda bisa mulai content planning dari tanggal-tanggal penting, seperti Idulfitri, Natal, Hari Kemerdekaan, dan sebagainya. Di luar itu, Anda bisa merancang topik sesuai industri. Jika menjalankan bisnis skincare, Anda bisa membahas mengenai bahan produk, testimoni before and after pemakaian skincare, hingga kolaborasi dengan influencer.

  • Do: Selalu konsisten posting dan interaksi

Melanjutkan pembahasan seputar strategi di atas, konsistensi dalam posting konten bersifat krusial dalam meningkatkan dan mempertahankan social media presence Anda. Namun, hindari juga posting terlalu sering, karena akan spamming. Beberapa konten pun mungkin malah tenggelam dibanding yang lain, akhirnya hasil dari usaha Anda tidak maksimal. Menurut Sprout Social Index, posting sebanyak 1-2 kali sehari sebenarnya sudah cukup ideal untuk brand. Sharp Innovations menyebutkan bahwa setidaknya bisnis posting konten 3 kali seminggu.

Jika ditelusuri lebih jauh, frekuensi yang ideal sebenarnya berbeda-beda untuk setiap platform. Ulasan Sprout Social menjabarkan kalau sebaiknya suatu bisnis posting 1-2 kali sehari di Instagram, sementara untuk TikTok 1-4 kali sehari. Pengguna LinkedIn disarankan untuk mengunggah konten 1 kali sehari, di mana idealnya posting dilakukan pada hari kerja atau weekdays. Soalnya, LinkedIn memang merupakan media sosial profesional, sedangkan weekend biasanya hari untuk refreshing dari kehidupan profesional.

Selain konsisten posting, ingat untuk berinteraksi dengan audiens Anda. Interaksi bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti membalas komentar dan direct message (DM) dari audiens. Dengan begitu, audiens bisa merasa bahwa brand Anda dapat diandalkan untuk menyelesaikan masalahnya. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan loyalitas terhadap brand.

  • Do: Gunakan tools sesuai kebutuhan

Jika mencari di search engine, Anda bisa menemukan berbagai tools social media marketing atau social media management untuk membantu pelaksanaan strategi pemasaran. Mulai dari Hootsuite, Buffer, BuzzSumo, sampai Sprout Social, masing-masing menawarkan fitur tersendiri. Misalnya, Hootsuite biasa digunakan bisnis yang menggunakan banyak platform media sosial, seperti Instagram, Twitter, Facebook, sampai LinkedIn. Nah, apa kebutuhan Anda?

Poin-poin di atas merupakan saran untuk membantu Anda menjalankan social media marketing. Sebaliknya, simak ulasan di bawah ini untuk tahu apa saja yang perlu dihindari!

Don’ts dalam Social Media Marketing

  • Don’t: Asal ikut tren

Mengikuti tren memang bagus untuk meningkatkan traffic konten, tapi beberapa faktor perlu dipertimbangkan supaya bisa tepat sasaran. Pastikan bahwa tren itu tidak akan menjadi bumerang untuk brand  ke depannya.

Contohnya, pada tahun 2021 lalu, sempat muncul tren pamer saldo rekening di TikTok. Dalam challenge tersebut, pengguna mengunggah saldo rekening dengan sound “Ganteng, review saldonya, dong. Viralnya tren ini kemudian diramaikan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Pasalnya, akun resmi @ditjenpajakri sering mengomentari video dalam challenge tersebut untuk mengingatkan kepatuhan akan kewajiban membayar pajak. Ini termasuk langkah yang berhasil, karena topiknya cocok dengan tujuan edukatif dari akun media sosial DJP.

Namun, bagaimana jadinya kalau pihak lain yang nimbrung di tren itu? Rasanya, bakal kurang pas kalau brand tisu atau gelas ingin ikut challenge review saldo. Itulah pentingnya memikirkan kesesuaian tren dengan identitas dan produk brand.

  • Don’t: Plagiarisme konten

Plagiarism is a big no. Sebaiknya, pertahankan orisinalitas untuk menonjolkan brand Anda dibandingkan kompetitor. Anda bisa menggali ide dari melihat unique selling proposition (USP) dari brand, memanfaatkan brand ambassador, dan lain-lain. Sesekali memetik inspirasi dari kompetitor sebenarnya sah-sah saja, tapi jangan sampai keseringan, apalagi plek-ketiplek mengambil ide mereka.

  • Don’t: Lupa berinteraksi

Media sosial diciptakan untuk berinteraksi, bukan? Sayangnya, pelaku bisnis kerap melupakan pentingnya berinteraksi dengan audiens melalui platform ini. Padahal, mengabaikan komentar di media sosial bisa meningkatkan churn rate sebesar 15%. Itu artinya Anda bisa kehilangan sebagian konsumen jika tidak merespons komentar mereka.

  • Don’t: Tidak melakukan evaluasi

Begitu posting konten, Anda perlu melakukan evaluasi berdasarkan hasil analytics untuk mengetahui apakah tujuan awal sudah tercapai. Jika ingin lebih mudah, Anda bisa memanfaatkan tools social media management sesuai kebutuhan. Beberapa tools memungkinkan Anda melakukan social listening sampai mengukur keberhasilan strategi sesuai metrik media sosial. Praktik social media marketing sudah tidak asing lagi dalam kehidupan kita. Meski begitu, Anda perlu memerhatikan apa saja dos and dont’s agar penggunaan media sosial oleh brand bisa tepat sasaran. Jika ingin dukungan dari profesional, Anda juga bisa menghubungi social media agency tepercaya. Yuk, gunakan media sosial dengan bijak supaya kian melonjak!

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail
The following two tabs change content below.

Kaylina Ivani

Digital Marketing Specialist at Penulis.ID