8 Postingan Terlarang dalam Social Media untuk Pasar Wanita

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

Jangan remehkan pengaruh wanita terhadap social media marketing. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh FinancesOnline, ada lebih banyak jumlah wanita yang melakukan online brand interaction apabila dibandingkan dengan kaum pria. Sebanyak 54% wanita bahkan menunjukkan dukungan terhadap suatu brand dengan mem-follow akun social media-nya. Itulah mengapa mereka cenderung mengabaikan iklan digital berbayar yang tidak merangkul mereka sebagai konsumen produk.

Selain menunjukkan dukungan pada brand favorit mereka, para wanita melakukan online brand interaction untuk mengakses penawaran-penawaran (53%). Tapi, tidak sedikit pula yang meng-update diri mereka dengan terus mengikuti konten yang diberikan oleh akun social media dari brand tersebut (39%). Beberapa di antaranya bahkan tidak segan-segan untuk meninggalkan komentar (28%). Hal ini menunjukkan bahwa engagement yang tepat dapat menciptakan loyalitas wanita terhadap brand.

Lalu, konten social media seperti apa yang mampu menarik kaum wanita untuk terlibat dalam online brand interaction? Wanita memiliki habit untuk membagi konten yang ia sukai kepada orang lain. Selama Anda menghindari delapan postingan terlarang berikut ini, social media untuk pasar wanita pun dapat Anda kuasai.

 

#1 Hanya Berbicara tentang Diri Sendiri

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, wanita senang melakukan online brand interaction. Itulah mengapa wanita tidak menyukai brand yang terlalu sering berbicara tentang diri mereka sendiri. Hal tersebut hanya akan memicu terjadinya komunikasi satu arah. Tentu Anda masih boleh melakukan promosi melalui akun social media, tetapi jangan sampai terlalu fokus pada hal tersebut sehingga “lupa” melakukan engagement pada wanita yang menjadi pasar produk Anda.

shutterstock_134891570

Photo Credit: Thought Catalog

Berbeda dengan pria yang cenderung memanfaatkan social media demi keperluan bisnis, wanita lebih suka mengaksesnya untuk tujuan hiburan. Oleh sebab itu, ciptakan konten yang bersifat menghibur. Anda masih bisa menyisipkan informasi produk dengan mengaitkannya pada konten yang di-posting. Jangan lupa untuk selalu merespon setiap komentar yang masuk. Dengan begitu, customer akan merasa dipedulikan dan tidak segan untuk kembali berinteraksi dengan brand.

 

#2 Tidak Didasari oleh Data Akurat

Mayoritas orang mengakses internet untuk mencari informasi. Tidak terhitung sudah berapa banyak keyword yang digunakan untuk mencari informasi di Google. Sebuah studi dari Nielsen tentang Social Media Outlook menunjukkan bahwa sebanyak 37% wanita mengakses social media untuk mencari informasi mengenai “how to”. Penting bagi Anda untuk menyajikan konten yang didasari oleh data. Anda tentu tidak mau customers Anda mendapatkan informasi yang salah, bukan?

Magnified Social Network illustration on white background.

Photo Credit: Mark Arnold

Selain mencari data untuk konten, Anda juga harus memperoleh serinci mungkin data mengenai kaum wanita yang menjadi target pasar Anda. Cari tahu rentang usianya, SES yang ditetapkan, dan hal-hal lain yang dapat memengaruhi proses keputusan membeli mereka. Dengan begitu, Anda akan mengetahui pola pembelian yang dapat Anda gunakan untuk mencari insights dari customer Anda. Hal ini akan mempermudah Anda dalam menciptakan konten dan penawaran-penawaran untuk social media Anda.

 

#3 Mengusung Tema yang Tidak Disukai Wanita

Young woman shocked by internet porn

Photo Credit: Huffington Post

Apa gunanya menciptakan social media untuk pasar wanita apabila Anda tidak dapat membuat mereka menyukai konten Anda? Hal paling kecil yang dapat Anda lakukan adalah dengan mengusung tema yang disukai oleh target pasar wanita Anda. Sebuah studi yang dilakukan oleh Nielsen menunjukkan bahwa wanita cenderung menyukai teman-tema yang bersifat sentimental, seperti tentang keluarga, anak, hewan peliharaan, dan hal-hal yang menyinggung situasi dalam kehidupan nyata.

 

#4 Merendahkan Kelompok Wanita Lain

Social media untuk pasar wanita memiliki sub target marketing yang dibagi sesuai dengan kebutuhan brand. Ada beberapa brand yang lebih diasosiasikan dengan ibu-ibu muda, menciptakan adanya kesempatan untuk “menggandeng” wanita yang berada di luar kategori tersebut. Tetapi, jangan sampai Anda membuat konten negatif tentang kelompok wanita yang tidak termasuk dalam target pasar brand Anda. Justru Anda harus mampu meng-embrace perbedaan pada setiap sub target pasar wanita.

GTY_mother_holding_baby_at_laptop_jt_141024_12x5_1600

Photo Credit: ABC News

Dua contoh klien kami untuk social media management di Penulis.ID adalah IbuDanMama, yang menyasar kaum ibu dan calon ibu, yakni wanita berumur 20-an akhir hingga 40-an dengan SES B dan C. Ada pula klien dari LadyJEK yang target pasarnya adalah wanita karir dari SES A dan B. Kedua kelompok tersebut tentu memiliki karakter yang sangat berbeda, namun Penulis.ID terus berusaha untuk meng-handle keduanya tanpa harus menjatuhkan satu sama lain.

 

#5 Spamming

Melakukan marketing melalui social media bukan hanya tentang konten, tetapi juga waktu posting. Anda tentu tidak mau membanjiri feed atau timeline followers Anda dengan konten yang itu-itu saja. Bukannya semakin loyal, target pasar Anda justru akan buru-buru menekan tombol unfollow. Daripada spamming, lebih baik Anda sedikit posting tapi tepat pada waktu terbaik yang berbeda pada setiap social media.

spam-count

Photo Credit: Dream Genius

Facebook, misalnya, memiliki waktu posting terbaik pada hari Kamis pukul 09.00-19.00, terutama pukul 13.00-15.00. Sedangkan, Anda akan lebih efektif mem-posting konten pada Twitter saat hari kerja, yakni pukul 12 siang dan 17.00-18.00. Berbeda halnya dengan Instagram yang memiliki waktu posting terbaik pada hari Senin dan Rabu. Apabila brand Anda hadir di Pinterest, pastikan untuk posting setelah pukul 12 siang, tepatnya pada pukul 14.00-17.00. Dengan begitu, hasil yang Anda dapat pun akan maksimal.

 

#6 Konten yang Monoton

ContentMarketing

Photo Credit: Psynapsis

Quality over quantity. Hal tersebut penting untuk Anda terapkan dalam setiap konten yang Anda buat. Jangan sampai konten Anda terkesan monoton dan tidak mampu merangkul pembaca. Ingatlah bahwa wanita menyukai tema-tema yang berbau sentimental. Anda bisa menyusun cerita atau menulis artikel yang mengena dan tepat sasaran. Nyatanya, seperti yang dilansir oleh sebuah riset, 20% pembaca pada social media tidak akan segan meng-unfollow akun dari brand yang memiliki konten monoton.

 

#7 Pink Bukan Warna Khusus Wanita

shutterstock_121559476

Photo Credit: Benzinga

Dunia seolah memiliki peraturan tidak kasat mata bahwa biru merupakan warna untuk menyimbolkan kaum pria dan pink digunakan untuk kaum wanita. Padahal, tidak semua wanita menyukai warna pink dan bersedia untuk diasosiasikan dengan warna tersebut. Sebenarnya, tidak ada yang salah dalam menggunakan warna pink sebagai unsur konten social media untuk pasar wanita, asalkan Anda mampu menemukan value set yang tepat serta berkaitan dengan brand dan target pasar Anda.

 

#8 Bahasa yang Tidak Sesuai Target

Komunikasi yang efektif dapat dinilai dari pemahaman pesan yang disampaikan oleh komunikator terhadap komunikan. Pesan tersebut tentunya harus sesuai dengan maksud sang komunikator. Agar tujuan tersebut tercapai, Anda sebagai komunikator perlu memerhatikan cara penyampaian pesan. Wanita dari sub segmentasi yang berbeda tentu harus dirangkul dengan cara tertentu pula. Bahasa yang digunakan dalam konten harus menyesuaikan target pasar Anda.

bigstock_Women_Chatting_With_A_Laptop_8017469

Photo Credit: Smart Blonde Media

Saat menyusun konten untuk IbuDanMama, misalnya, Penulis.ID harus menggunakan bahasa yang formal tanpa penulisan singkatan. Sebisa mungkin, kami menghindari penggunaan istilah-istilah yang membingungkan, mengingat bahwa target pasarnya adalah para ibu dan calon ibu. Berbeda dengan target pasar LadyJEK yang berasal dari wanita karir. Kami memilih bahasa yang lebih luwes daripada untuk IbuDanMama. Tone kontennya pun cenderung menyinggung women empowerment.

 

Tambahan: Wanita Mencintai Smartphone Mereka

Businesswoman using cell phone in office

Photo Credit: Newzfeed

Dalam mengakses social media, wanita ternyata lebih suka melakukannya melalui ponsel. Jumlahnya bahkan melebihi kaum pria. Pada tahun 2013, FinancesOnline mencatat ada 46% wanita yang menggunakan ponsel untuk mengakses social media. Anda bisa memanfaatkan penemuan data tersebut untuk membuat konten marketing yang tampilannya mobile-friendly.

Mayoritas dari wanita tersebut mengakses social media melalui ponsel untuk keperluan sharing. Jadi, selama Anda tidak mempublikasikan kedelapan postingan di atas, target pasar wanita Anda akan membagikan konten Anda secara sukarela. Bagikan tips-tips di atas bagi rekan Anda yang tertarik untuk lebih memahami pasar wanita.

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail
The following two tabs change content below.

Biru Cahya Imanda

Vice President of Content at Penulis.ID
Book addicts and love to write about anything! Currently Vice President of Content at Penulis.ID