Open rate adalah salah satu indikator keberhasilan email marketing. Bagaimana tidak, angka ini menunjukkan seberapa banyak audiens membuka email marketing yang Anda kirimkan. Jika angkanya terlalu rendah, berarti pesan Anda tidak tersampaikan. Target click-through-rate (CTR) pun akan sulit tercapai. Lagipula, siapa yang mengeklik tombol Subscribe now atau Order now jika mereka bahkan tidak membuka email Anda?
Nah, itulah yang membuat open rate dibilang sebagai standar minimum dalam menggunakan email dalam sebagai praktik pemasaran digital. Mari simak selengkapnya di artikel kali ini!
Open rate email marketing yang bagus itu seperti apa?
Secara umum, open rate email marketing yang bagus adalah 21,5 persen. Meski begitu, persentase tersebut perlu disesuaikan dengan bidang industri. Misalnya, angka 17,1 persen sudah cukup baik untuk sektor retail, sementara sektor pendidikan memerlukan 28,5 persen untuk dibilang bagus.
Untuk memaksimalkan angka tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat Anda lakukan, mulai dari optimasi daftar kontak hingga isi email. Yuk, coba simak dan tiru cara meningkatkan open rate email marketing untuk bisnis Anda!
Cara meningkatkan open rate email marketing
- Perbarui daftar kontak email
Sudah berapa lama Anda memakai daftar kontak email yang sama? Belum tentu semua alamat email dalam daftar itu masih aktif. Jika semuanya masih aktif pun, mungkin beberapa di antara mereka sudah tidak tertarik terhadap bisnis Anda. Misalnya, anggaplah Anda berbisnis mainan anak. Dalam beberapa tahun ke depan, kemungkinan besar pembeli tidak lagi membutuhkan produk Anda, karena anaknya sudah beranjak dewasa.
Lantas, bagaimana cara memperbarui daftar kontak email? Sebagai langkah awal, sebaiknya hapus beberapa kontak yang sudah tidak pernah berinteraksi dengan email Anda selama jangka waktu tertentu, misalnya tidak membuka atau mengeklik hyperlink selama 6 bulan atau lebih. Selain itu, pastikan kembali daftar kontak Anda berisi alamat email asli, bukan sekali pakai atau palsu. Ini bisa terlihat dari format email, di mana alamat asli memiliki format [email protected]. Sementara itu, alamat palsu bisa berupa [email protected] atau malah user#blabla.
Cara menyaring alamat email seperti itu bisa dilakukan dengan tools email marketing, tepatnya yang biasa disebut sebagai email list cleaner. Beberapa di antaranya adalah ZeroBounce, Email Hippo, dan GetEmail.io. Penggunaan tools tersebut bakal berpengaruh terhadap open rate, karena ini meningkatkan probabilitas penerima email benar-benar tertarik akan apa yang Anda tawarkan.
- Segmentasi daftar kontak
Setiap bisnis memiliki target pasarnya sendiri. Sebagai gambaran, target pasar utama Gillette adalah pria berusia 18-34 tahun. Meski begitu, bisa saja pembeli A rutin membeli cukuran sekali pakai Gillette Blue II Plus, sedangkan pembeli B lebih suka varian Mach3 yang mata pisaunya bisa diganti. Di antara pembeli pun, ada yang melakukan transaksi melalui website, marketplace, dan lain-lain. Sebagai upaya meningkatkan open rate email marketing, Anda bisa menyesuaikan pengiriman email berdasarkan segmentasi tersebut.
Contohnya, katakanlah Gillette ingin memberikan potongan harga untuk produk Mach3. Brand tersebut dapat mengumumkannya melalui email marketing kepada pembeli Mach3 dan beberapa pisau cukur isi ulang lainnya, alih-alih ke semua daftar kontak. Alasannya, setiap orang memiliki preferensi masing-masing.
Mungkin saja Gillette turut mempromosikan Gillette Mach3 kepada pembeli Gillette Blue II Plus, tapi sebaiknya tidak terlalu sering. Jika kebanyakan mengirim email yang kurang sesuai preferensi penerima, open rate malah jadi rendah karena mereka malas membukanya dan bahkan bisa dianggap spam.
Menentukan segmentasi dapat dilakukan berdasarkan kategori segmentasi dasar, yakni segmentasi perilaku, demografi, geografi, hingga psikografi. Namun, detailnya dapat disesuaikan dengan model bisnis Anda.
- Buat subject yang bikin penasaran
Sebagai marketers, kita tidak bisa memastikan aktivitas yang sedang dilakukan audiens saat menerima email. Sehingga, diperlukan subject menarik untuk menggaet mereka. Meski begitu, hindari asal bikin clickbait, ya! Anda bisa menuangkan kreativitas dengan memanfaatkan apa yang diketahui mengenai audiens, lalu kombinasikan dengan value proposition dari brand Anda.
Contohnya, bisnis platform investasi mengumpulkan informasi terkait tujuan investasi setiap penggunanya, seperti mengumpulkan dana pensiun, penghasilan tambahan, bahkan menonton konser idola. Kemudian, brand tersebut bisa mengirimkan email dengan subject seperti ini.
“Cara Nabung Konser [Nama]”
“3 Instrumen Investasi buat Kumpulin Dana Pensiun [Nama]”.
Subject semacam itu kemungkinan besar menarik bagi penerima dibandingkan yang basic tanpa personalisasi, misalnya “Jenis-jenis Instrumen Investasi”. Inilah yang menjadi tantangan bagi praktisi pemasaran digital. Pasalnya, Anda perlu mengumpulkan informasi mengenai audiens terlebih dahulu, lalu menggunakannya untuk menawarkan produk atau layanan dari bisnis Anda.
- Jangan memaksa
Setiap email provider seperti Gmail dan Yahoo Mail memiliki filter spam untuk melindungi pengguna dari ketidaknyamanan dan cyber crime. Salah satu cara kerja filter tersebut adalah mendeteksi pesan yang dikirimkan ke banyak penerima, apalagi jika para penerima tidak menginginkannya. Nah lho, bagaimana dengan bisnis yang mengirimkan email marketing?
Sesuai judul dari poin ini, Anda bisa menghindarinya dengan tidak memaksa orang lain menerima email Anda. Jika dibiasakan, email Anda akhirnya masuk ke folder spam dan bakal dihapus secara otomatis setelah kurun waktu tertentu. Bukannya dibaca, malah terhapus. Rugi waktu, tenaga, bahkan biaya, kan?
Ini berarti Anda perlu memastikan bahwa penerima memang setuju untuk menerima email dari Anda. Selain itu, jangan lupa untuk memberikan opsi unsubscribe apabila sewaktu-waktu mereka memutuskan berhenti menerima email dari Anda. Hindari menahan-nahan orang lain ketika ingin unsubscribe, karena langkah tersebut bakal menguntungkan bisnis Anda juga. Open rate bisa meningkat, karena penerima memang menaruh ketertarikan terhadap usaha Anda.
- Lakukan A/B testing
Dalam email marketing, A/B testing adalah uji coba untuk mengetahui metode terbaik. Melakukan A/B testing bakal memberi tahu Anda mana subject yang paling disukai audiens, CTA dengan efektivitas tinggi, sampai hari pengiriman email.
Kemungkinan besar hasil dari uji coba ini bakal memberikan hasil bervariasi, karena ada beberapa faktor yang memengaruhinya. Misalnya, email terkait hal-hal produktif mungkin dicek selama jam kerja, sementara pesan seputar hobi dibuka sebelum jam kerja. Apakah itu bakal berlaku bagi audiens Anda? Itu tugas Anda untuk mencari tahu. Bagaimanapun, if we never try, how will we know? Meningkatkan open rate untuk email marketing membuka peluang untuk meningkatkan angka penjualan. Oleh karena itu, pengelola bisnis memang perlu memahaminya. Namun, bagaimana jika belum begitu mahir dalam praktik ini? Anda bisa melakukan konsultasi dengan content marketing agency yang memiliki banyak pengalaman dalam bidang tersebut.
Kaylina Ivani
Latest posts by Kaylina Ivani (see all)
- Yuk, Pahami Algoritma Google 2023 Agar Pengunjung Website Naik - March 3, 2023
- Tidak Hanya Tulisan, Ini Rincian 7 Komponen SEO On Page - March 1, 2023
- 5 Keyword Tool Agar Dapat Ranking Tinggi di Google - February 24, 2023