Selama beberapa tahun terakhir, media sosial sepertinya menjadi raja dalam dunia digital marketing. Berdasarkan data yang dilansir dari situs Digitalbookworld.com, tahun lalu setidaknya ada lebih dari 30 miliar konten yang di-share di Facebook per bulannya. Belum lagi 500 juta tweets yang di-post di Twitter dan 70 juta foto yang di-share di Instagram setiap hari.
Maka, tidak mengherankan apabila para pelaku bisnis memanfaatkan media sosial untuk melakukan engagement dengan target audiens, menyebarkan konten website, mendapatkan insight untuk menciptakan berbagai konten, dan lain sebagainya. Tapi, apakah kini media sosial masih memiliki efektivitas yang sama dalam membantu Anda melakukan digital marketing?
Media Sosial Merupakan Strategi atau Taktik?
Pada kenyataannya, kesuksesan digital marketing bukanlah tentang menemukan channel media sosial yang tepat. Ya, hal tersebut memang ikut berperan, tetapi mengidentifikasi strategi merupakan hal yang lebih diutamakan. Baru setelah itu Anda bisa menentukan channel media sosial yang tepat untuk mencapai tujuan bisnis Anda. Dengan kata lain, Facebook, Twitter, atau Instagram bukanlah strategi, melainkan bagian dari taktik.
Photo Credit: entrepreneur.com
Anggap saja strategi sebagai hal yang mendasari taktik. Ibaratnya, strategi adalah “alasan” di balik pelaksanaan suatu taktik. Jika tidak didasari oleh alasan yang jelas, Anda tidak akan mampu menentukan hal-hal penting lain, dalam hal ini adalah taktik, yang terkait dengan digital marketing. Jangan hanya menggunakan platform media sosial tertentu karena mengikuti tren. Anda harus benar-benar memikirkan strategi aa yang mendasari taktik. Sebagai contoh, Anda memiliki strategi untuk meningkatkan traffic website hingga 20%. Anda pun menggunakan media sosial untuk menyebarkan konten website dan melakukan engagement sebagai salah satu taktik Anda. Taktik hanyalah alat yang digunakan untuk mencapai strategi bisnis Anda.
Maka, apabila ada yang mengatakan bahwa media sosial sudah tidak sesakti dulu dalam digital marketing, sebetulnya semua tergantung pula dari strategi yang ditetapkan. Masih banyak orang yang menggunakan media sosial tanpa strategi jelas yang ingin mereka capai. Hal tersebut hanya akan membuang waktu dan tenaga. Apabila sejak awal tidak ada strategi yang jelas, taktik pun hanya akan mengikuti ketidakjelasannya. Oleh sebab itu, tentukan dulu apa yang ingin Anda capai dan breakdown menjadi beberapa taktik. Penting juga untuk diingat bahwa taktik tidak harus selalu berupa media sosial.
Tidak Memberikan Jumlah Link yang Diinginkan
Photo Credit: entrepreneur.com
Meski begitu, pada bulan Oktober 2015 lalu, Moz, penyedia perangkat untuk digital marketing, melakukan sebuah riset terkait dengan efektivitas media sosial dalam aktivitas digital marketing, khususnya link building. Setelah menciptakan sebuah konten, biasanya Anda akan menyebarkan konten tersebut melalui media sosial agar jumlah traffic meningkat dan mendapatkan links secara natural dari beberapa orang yang mengunjungi website. Secara otomatis, potensi audiens dan ranking teratas pada halaman Google menjadi lebih besar.
Hal tersebutlah yang coba diusut lebih jauh oleh Moz, bahwa mendapatkan link natural dari orang-orang yang mengunjungi website melalui media sosial ternyata tidak seperti yang diperkirakan sebelumnya. Bekerja sama dengan BuzzSumo, penyedia perangkat untuk mencari konten viral, Moz meneliti satu juta artikel yang diambil dari database. Mereka lalu memperhatikan jumlah share dan link yang diterima oleh artikel-artikel tersebut. Hasilnya, mayoritas dari artikel tersebut ternyata tidak mendapatkan link dan social share sama sekali, yakni sekitar 75%-90%.
Tetap Butuh Link untuk Bisa Mendapat Ranking
Photo Credit: newslaundry.com
Moz dan BuzzSumo pun menganalisis korelasi antara link dan share, yang ternyata tidak ada sama sekali. Setelahnya, mereka melihat beberapa artikel yang berhasil mendapatkan link dan share. Dari analisis tersebut, Moz dan BuzzSumo mengetahui bahwa agar suatu konten bisa mendapat ranking baik pada halaman Google, Anda masih tetap membutuhkan link. Bahkan nyatanya korelasi antara ranking dan link sama sekali tidak berubah selama beberapa tahun terakhir. Meskipun sepertinya algoritma Google terlihat tidak terlalu link-centric, link masih menjadi suatu aspek yang kuat. Karenanya, jika ingin memaksimalkan link building, Anda harus lebih fokus pada hal-hal lain seperti embeds, badges, dan outreach.
Seperti Anda yang ketahui, untuk melakukan link building yang efektif, Anda membutuhkan backlink. Anda harus berhati-hati karena tidak semua backlink memberikan dampak yang positif. Backlink haruslah bersifat natural dan berkualitas. Artinya, ketika Anda memberitahukan konten tertentu kepada orang lain, mereka akan bersedia merekomendasikannya melalui website mereka sendiri karena konten Anda memang layak dibagikan. Konten yang berkualitas pun menjadi pondasi utama agar memiliki potensi viral di berbagai media sosial dan Anda bisa mendapatkan backlink.
Google Lebih Peduli dengan Tingkat Engagement
Mengenai hal tersebut, Moz memiliki teori tersendiri, yakni bahwa Google tidak melibatkan social shares untuk menentukan ranking suatu konten pada search engine mereka. Menurut Moz, Google menerapkan sesuatu yang pernah dijelaskan oleh Chartbeat, penyedia jasa optimalisasi website, beberapa tahun lalu. Chartbeat pernah menganalisis engagement pada konten yang di-share pada media sosial. Hasil yang mereka dapatkan adalah ternyata hanya ada sedikit artikel yang memiliki waktu baca tinggi. Bahkan artikel-artikel yang memilik banyak social shares pun memiliki waktu baca yang cenderung singkat.
Photo Credit: blog.realmatch.com
Ternyata, setelah dianalisis lebih lanjut, orang-orang yang melakukan social shares di internet tidak selalu membaca kontennya. Mereka mungkin menyertakan URL. Mereka juga rajin membaginya melalui Facebook. Namun, mereka sendiri kemungkinan besar belum pernah membuka konten yang mereka bagi tersebut. Terdengar menggemaskan, mungkin, tetapi sebenarnya hal ini merupakan hal yang wajar karena hampir setiap orang pernah melakukannya. Anda bahkan mungkin termasuk salah satunya.
Moz berpikir bahwa Google sebenarnya memberi kepedulian lebih terhadap engagement daripada social shares. Anda mungkin mengamati bahwa ada banyak hal terkait dengan social shares yang tidak memberi hasil baik, namun begitu suatu konten mulai mampu membangun engagement dan mendapatkan link dari engagement tersebut, konten yang dimaksudkan pun berhasil meraih ranking bagus pada halaman search engine Google.
Jadi, apakah kini media sosial sudah tidak sesakti atau seefektif dulu? Jawabannya tergantung pada strategi dan taktik yang Anda tetapkan. Media sosial hanya berperan sebagai taktik yang membantu mencapai strategi tersebut. Meski begitu, apabila berkaitan dengan link building, riset yang dilakukan oleh Moz dan BuzzSumo menyatakan bahwa media sosial kurang begitu membantu karena mayoritas orang yang melakukan social shares justru tidak membaca konten yang mereka bagi.
Oleh sebab itu, Moz menyarankan agar Anda dan para pelaku digital marketing lain kembali menelaah aspek link building. Media sosial mungkin tidak memiliki efektivitas yang diharapkan apabila berbicara tentang link building, namun Anda bisa mulai memandang media sosial secara lebih kritis, bagaimana taktik tersebut mampu membuat orang-orang benar-benar mau berkunjung ke website Anda dan melakukan engagement, bukan sekadar melakukan social shares yang kontennya pun bahkan tidak dibaca.
Biru Cahya Imanda
Latest posts by Biru Cahya Imanda (see all)
- Contoh Strategi Content Marketing Indonesia yang Sangat Sukses - October 5, 2018
- 5 Tips Membuat Kata-Kata Pembukaan Untuk Website Anda - September 28, 2018
- 6 Cara Menulis Artikel Untuk Keperluan Content Marketing - August 20, 2018